Bismillah,
Salam sehat dan bahagia.
Sudah sepantasnya kita sampaikan Syukur alhamdulillah Allah masih memberikan kita umur yang panjang, sehingga malam ini masih bisa melanjutkan belajar menulis. Semoga semua sahabatku dimanapun sedang berada juga selalu bahagia dalam petunjuk dan perlindungan-Nya. Aamiin.
Waktu berjalan terus tanpa mengenal istirahat, hingga tak terasa malam ini adalah pertemuan yang ke-15, Narasumber Ibu Musiin, M.Pd di dampingi Moderator Bapak Dail Ma'ruf dengan materi yang berjudul : Konsep Buku Nonfiksi
Tidak Ada Yang Tidak Mungkin, kalau kita berpikir secara Opportunity Based, kita akan selalu yakin ada pintu di tengah tembok rintangan. Menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang. Ketakutan dari diri kita sendiri, ketakutan itu ternyata merendahkan potensi kita untuk menulis.
Nonfiksi memuat cerita atau narasi yang tidak khayali atau narasi-faktual. Artinya, buku fiksi bersifat realitas atau apa-apa yang dimuat mungkin terjadi. ... Adapun yang masuk dalam kategori nonfiksi ialah buku sejarah, biografi, dan buku yang memuat cerita perjalanan. 10 Des 2021 https://www.google.com/url
Beberapa rasa ketakutan yang sering muncul ketika kita akan menulis buku adalah sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang membaca.
2. Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
3. Merasa karya orang lain lebih bagus.
Rasa ketakutan ini akan berangsur-angsur hilang jika kita ikut bergabung dengan komunitas menulis. minder untuk menulis, menjadi berani untuk menulis. Kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan. Kita bisa mulai menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Ternyata menulis sangat menyenangkan dan menghilangkan stres.
Sebenarnya Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Saya memiliki buku, Bapak Ibu juga memiliki buku, Namun buku tersebut Masih belum lahir atau belum tercetak.Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya.
Semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian.
Mengapa Harus Menulis Buku?
Sebelum menulis buku kita harus mengetahui beberapa alasannya untuk menjadi penulis adalah:
1. Mewariskan ilmu lewat buku.
2. Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
4. Ingin berbagi ilmu
Kalau kita berpikir untuk menulis buku maka akan lahir buku. Kalau kita berpikir kegagalan, maka yang tersisa hanya kekecewaan.
Intinya kita tidak boleh berfikiran yang kurang baik.
Anggap saja bahwa kita pasti bisa, karea bisa itu ala terbiasa, benar bukan?
Yuk Kita Belajar Buku NonFiksi
Pola penulisan buku nonfiksi ada yakni
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)
Contoh: Buku Pelajaran
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.
Contoh: Buku Panduan
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)
5 Langkah Proses
penulisan buku yang harus kita ketahui sebelum menulis
Yakni
1. Pratulis
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan
Langkah Pertama Pratulis
1. Menentukan tema
2. Menemukan ide
3. Merencanakan jenis tulisan
4. Mengumpulkan bahan tulisan
5. Bertukar pikiran
6. Menyusun daftar
7. Meriset
8. Membuat Mind Mapping
9. Menyusun kerangka
Pilihlah tema yang kita kuasai dan kita cintai. Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.
Cara mendapatkan ide yang menarik untuk melanjutkan dari tema contohnya
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku
Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;
4. Penemuan yang telah didapatkan.
5. Pemikiran yang telah direnungkan
Tahap berikutnya membuat kerangka penulisan
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet
BAB 2 Media Sosial
A. Media Sosial
B. UU ITE
C. Kejahatan di Media Sosial
BAB 3 Literasi Digital
A. Pengertian
B. Elemen
C. Pengembangan
D. Kerangka Literasi Digital
E. Level Kompetensi Literasi Digital
F. Manfaat
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
H. Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
A. Keluarga
B. Sekolah
C. Masyarakat
BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
C. Membangun Digital Mindset Warganet
Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, Bapak Yulius Roma Patandean di Channel beliau yuk kita intip (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be
Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis.
Anotomi Buku
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
Langkah kedua Menulis Draf
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan
Langkah ketiga Merevisi Draf
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah
Langkah keempat Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma
Berbagai Hambatan-hambatan yang sering kita hadapi dalam menulis
1. Hambatan waktu
2. Hambatan kreativitas
3. Hambatan teknis
4. Hambatan tujuan
5. Hambatan psikologis
Ada Solusi / Cara mengatasi
Banyak cara mengatasi hambatan untuk menulis. Solusi itu ada di diri kita sendiri.
1. Banyak membaca
2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.
3. Disiplin menulis setiap hari.
4. Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak)
Jangan lupa jika
ide itu datang yuk segera ditulis, karena ide itu mudah datang dan juga mudah
pergi. hehehehehehe kok seperti jailangkung ya......
Bu Nuryani.
BalasHapusSemangat selalu.
Resimenya sudah kubaca.
T O P..
Nggeh Bu, terima kasih motivasinya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren Bunda.
BalasHapusTerima kasih Bu Yosefina
HapusKeteeeen makin keteeeen b.Nurrr
BalasHapusAlhamdulillah terima kasih Bu Parny
HapusSetengah jalan kita telah lewati...semoga tetap semangat hingga akhir, berangkat niat menulis bersama dan kita lulus bersama pula.amin.amin
BalasHapusAamiin yarobbal alamiin, semangat terus kita bu, menulis dan selalu menulis
HapusMantap, semangat terus dan semoga dimudahkan untuk terus menulis
BalasHapusAAmiin semoga kita lulus semua ya bu, terima kasih motivasinya
HapusTulisan bagus, bloggnya menarik, mantap Bu...
BalasHapusAlhamdulillah terima kasih atas kehadirannya
HapusMantap semangat menulisâș
BalasHapusNggeh bu, kita sama sama semangat
HapusBagus resumenya bu Nury. Keren.
BalasHapusAlhamdulillah, terima kash byk ya bu
HapusMantap, jadikan untuk naskah buku solo selanjutnya.
BalasHapusNggeh Pak insya Allah, mohon doanya pak
Hapus